Mahasiswi Indonesia ditahan di rumah sakit Tiongkok. Foto: Pojoksatu.id |
Sebab hingga kini mahasiswi asal Nunukan itu masih terbaring di rumah sakit di Tiongkok.
Azroy Bahri rekan Yakomina kuliah di Tiongkok menjelaskan, Yakomina menderita TBC, pneumonia dan infeksi paru-paru, sehingga harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Hanya saja yang menjadi kendala, Yakomina kekurangan biaya pengobatan sekira 100.000 RMB atau sebanyak Rp 20 juta seperti yang dilansir Pojoksatu.id.
Ia menceritakan, pada 3 April 2019 Yakomina meminta izin kepada teman kelasnya untuk dipulangkan.
Atas saran dari wali kelas sebelum dipulangkan ingin mengecek kesehatan Yakomina, karena terlihat sangat lemah.
Pada hari itu Yakomina masuk rumah sakit, langsung dilakukan rawat inap selama 3 hari. Setelah itu pada 6 April 2019 harus dipindahkan ke rumah sakit lain, dilakukan rawat ICU selama 4 hari karena dalam kondisi kritis.
“Pada 9 April 2019, Yakomina dipindahkan lagi ke rumah sakit lain, karena dua rumah sakit tersebut lumayan mahal biaya yang harus dibayar,” ujarnya.
Yakomina masih terbaring di rumah sakit, namun kondisi kesehatan Yakomina saat ini sedikit membaik dari yang sebelumnya, detak jantungnya mulai normal dan bisa berbicara serta duduk.
Beberapa pekan lalu Yakomina tidak diberikan obat dikarenakan biaya yang sudah tidak ada. Selama di rumah sakit semua biaya ditanggung oleh pihak sekolah. Namun hingga saat ini masih terhitung utang Yakomina.
Dijelaskan, sistem rumah sakit di Tiongkok, jika ingin keluar harus melunasi semua utang yang ada, namun dikarenakan tidak dapat melunasi semua utangnya. Maka Yakomina masih tetap ditahan di rumah sakit.
Selain itu, penyakit Yakomina adalah penyakit menular sehingga tidak bisa membeli tiket pesawat.
Kebijakan pemerintah Tiongkok, apabila memiliki penyakit menular tidak dizinkan menaiki pesawat. Pihak sekolah kehabisan cara, untuk itu meminta kepada mahasiswa Indonesia di Tiongkok, untuk meminta bantuan kepada pihak KJRI.
“Enam bulan lagi kami akan lulus termasuk Yakomina, pihak sekolah tidak lagi mengurus Yakomina dan akan menyerahkan ke KJRI yang ada di Tiongkok,” tuturnya.
Selama ini yang menjaga Yakomina adalah teman sekelasnya, namun dikarenakan ada beberapa teman yang harus ikut ujian, serta ada beberapa kondisi kesehatan teman Yakomina kurang baik, sehingga tidak dapat membantu menjaga Yakomina.
Sebelumnya sebanyak 25 orang membantu menjaga Yakomina, namun saat ini tersisa 10 orang yang masih tetap kuat untuk menjaga Yakomina secara bergilir pagi dan malam. Namun, dikarenakan waktu ujian semester, sidang skripsi, dan persiapan kelulusan, semakin berkurang yang menjaga Yakomina.
Untuk itu ia sangat berharap ada bantuan untuk Yakomina di Tiongkok, bantuan dapat disalurkan melalui Wechat pay (id: @Sherlyastutir) Alipay (13662338705) atas nama Sherly Astuti, atau bisa transfer ke BCA (0070252350) atas nama Dinda Ramadita.
“Semoga uluran tangan kita dapat menolong saudara kita Yakomina di Tiongkok,” harapnya. (AS)