Keluarga Almarhum
Rianto Samosir didampingi Dwi Ngai Sinaga SH MH dari tim LBH PPTSB Se-Dunia dan
rekan di Mapoldasu usai membuat laporan.
|
Atas dasar itulah ,
keluarga almarhum yang juga pelapor meninggalkan Samosir sejak tanggal 25
Agustus 2020.
Dan pihak keluarga pun
melaporkan teror tersebut ke Polda Sumut, Jumat (28/8/2020).
Dengan didampingi Dwi
Ngai Sinaga SH MH dari tim LBH Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boruna
(PPTSB) se Dunia dan tim lainnya seorang keluarga korban, Eron Sinaga
(31) mendatangi Polda Sumut melaporkan tindakan teror terhadap dirinya
dan keluarga.
Kepada wartawan , Eron
Sinaga (31) mengatakan pasca kejadian pembunuhan sadis yang dilakukan oleh enam
orang tersangka, pada 9 Agustus 2020 lalu.
" Sejak kejadian
dan menjadi pelapor atas kematian Rianto Simbolon, saya kerap mendapat teror
," katanya.
Secara garis
kekeluargaan, Eron Sinaga adalah "tulang" atau paman dari Rianto
Simbolon.
Diketahui, empat
diantaranya sudah diamankan polisi, dan masih ada dua orang lagi yang
berkeliaran. Selama ini keluarga korban kerap diteror oleh orang tak dikenal
(OTK).
Setelah korban ini
dimakamkan, malamnya sudah ada kejadian yang enggak biasa terjadi.
" Sepeda motor
sudah sering patroli-patroli didepan rumah kita dan berhenti, jadikan kita takut
keluar ,” ucapnya.
Ia menjelaskan usai
pemakaman korban, pihak keluarga langsung mendapatkan teror dari orang tak
dikenal yang kerap lalu lalang melintas dan berhenti di depan rumah keluarga,
sampai memutuskan kabel lampu yang di depan rumah pelapor.
“Habis pemakaman kan
sudah sepi orang disitulah mulai ada teror ke kita. Di depan rumah kami buat
penerangan sekitar lingkungan rumah, mana tau biar nampak orangnya. Bahkan
lampunya pun kabelnya diputus,” ungkapnya.
Eron menjelaskan
sampai saat ini ia dan keluarga belum mengetahui identitas orang yang kerap
kali melintas di kawasan rumahnya dan keluarga.
Namun ia hanya
mengetahui satu sepeda motor tanpa plat yang sering berhenti tengah malam di
depan rumahnya.
" Kita tengok
dari celah-celah rumah itu, sepeda motornya berhenti di depan rumah kita. Kita
senter plat sepeda motornya enggak ada. Berartikan memang sengajakan, platnya
enggak ada bahkan sepeda motornya pun bodi-bodinya semua sudah dibuka, cuma
rangka,” tutur Eron yang akhirnya meninggalkan kampung halaman dan menutup
usaha miliknya.
" Saya punya
usaha fotocopy karena sudah tidak nyaman akhirnya saya tutup dan istri juga
saya titipkan dikampung halaman .Dan kini saya dibawa ke Medan ," katanya.
Sebelumnya, perkara
ini sudah pernah ditanyakan kepada Penyidik Polres Samosir, namun pihak Polisi
belum memberikan keterangan kenapa hingga kini dua pelaku lagi belum ditangkap.
“Kalau dihubungi
penyidiknya, enggak pernah menjawab, saya telpon berhari-hari enggak pernah
diangkat ,” ujarnya.
Negara Harus Hadir
Dwi Ngai Sinaga ,SH
,MH kuasa hukum almarhum Rianto Simbolon mengatakan bahwa pasca mendapatkan
teror tersebut pihaknya langsung membentuk tim ke Samosir.
" Dari sejak awal
kejadian kita dari LBH PPTSB Se-Dunia langsung mengawal proses hukum kasus
ini.Dan setelah ditangkapnya para pelaku akhirnya kita kembali ke Medan ,tapi
karena pelapor mendapatkan teror akhirnya kita membentuk tim secara khusus
berangkat ke Samosir serta membawa pelapor ke Medan dan ditempatkan
ditempat yang aman hingga akhirnya kita melaporkan hal ini ke Poldasu ,"
kata Dwi yang saat telah menunjukkan sejumlah advokat selain dari PPTSB juga
dari Dwi Ngai Sinaga & Patner mendampingi seluruh keluarga almarhum.
Sambung , Direktur LBH
Ikatan Pemuda Karya (IPK) Sumut ini pihak melaporkan hal ini karena tidak
adanya LPSK di Sumatera Utara.
Namun , dibalik
peristiwa tersebut secara tegas Dwi berharap agar Kapoldasu turut andil
memantau proses hukum yang sedang ditangani oleh Polres Samosir.
Dwi juga berharap agar
seluruh stakeholder pemerintah terutama pemerintah pusat beserta jajarannya
agar bisa membantu 7 anak almarhum yang sudah yatim piatu.
" Sebagai mana
amanat undang-undang termasuk Undang-undang anak ,kami berharap agar pemerintah
bisa bertanggung jawab kepada 7 anak almarhum yang sudah yatim piatu.Karena
hingga saat ini anak-anak almarhum masih berada di kampung halaman , tapi tidak
ada yang bisa memberikan bimbingan apa pun.Hanya masyarakat sekitar saja yang
peduli disinilah kami adanya kehadiran negara sebagai bentuk kepedulian dan
tanggung jawab ," tutup Dwi.(rel/dn)