Mediaapakabar.com- Efektif dan masif itulah salah satu kelebihan menggunakan media mainstream berbasis digital (media siber) dalam melakukan sosialisasi program dalam mengahadapi Pilkada.
Dari data yang ada pemilik gawai mencapai 60 hingga 70 persen warga Indonesia membuat media siber lebih efektif dan masif dalam menyampaikan pesan.
“Keberadaan media siber, terkait sosialisasi menghadapi Pemilihan Kepala Daerah sangat efektif termasuk untuk mensosialisasikan berbagai program pemerintahan, Media siber juga kami anggap mitra penting dan tentu dibina dengan baik. Tak kurang 72 media siber di daerah kami yang bekerja sama dengan Pemkab dalam rangka memajukan dan mensejahterakan masyarakat,” papar Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin, saat menjadi pembicara diskusi dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Hotel Marbella, Serang, Banten, Sabtu (29/9/2020).
Dodi mengaku saat kampanye baik untuk menjadi anggota DPR RI ataupun saat Pilkada Bupati Musi Banyuasin dirinya memanfaatkan media siber untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya.
“Hasilnya sangat efektif saat hendak menjadi anggota DPR RI saya mendapatkan suara terbanyak ketiga se-Indonesia di bawah Mbak Puan dan Mas Ibas. Dan media siber juga membantu saya untuk terpilih menjadi Bupati Musi Banyuasin,” jelas putra mantan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin ini.
Lebih jauh pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Sumsel ini menjelaskan jika media siber memiliki beberapa keunggulan dibanding media konvensional terutama dalam hal kecepatan menyampaikan informasi.
Selain itu menurut Dodi keunggulan lain media dengan jumlah “Bicara politik adalah penetrasi, dan media siber sangat luar biasa karena bisa masuk langsung ke ruang privat sehingga tak bisa ditandingi media manapun,” papar Dodi.
Selain itu lanjut Dodi, media siber juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan termasuk para pengurus partai untuk melihat rekam jejak orang yang akan dipilih atau diusungnya.
“Di media siber footprint atau jejak digital seseorang akan mudah terlihat karena sulit dihapus. Hal ini lah yang membuat media siber sangat efektif untuk menyaring mereka yang akan dijadikan pemimpin.” jelas Dodi.
Namun begitu Dodi mengingatkan dengan kekuatan tersebut membuat media siber sangat rentan disalahgunakan termasuk untuk mendiskreditkan salah satu paslon dalam Pilkada. Untuk itu Dodi berharap agar para pengelola media siber harus memiliki etika dengan tidak menyebarkan hoaks serta tetap adil dan objektif terhadap semua paslon walaupun tidak bekerjasama dengan medianya.
“Yang paling utama adalah pengelola siber tidak menjadi timses dan tetap adil dan objektif dan tidak melakukan black campaign,”pungkas Dodi.(red)