Ket Foto : Pekerja pabrik memegang plakat dan meneriakkan slogan-slogan saat mereka melakukan unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 25 Februari 2021. [REUTERS / Stringer] |
Sumber di Lembaga Pemasyarakatan Myanmar menyebut tidak banyak dari demonstran yang melawan kudeta militer Myanmar, ikut dibebaskan di bawah program amnesti itu.
Myanmar diguncang gelombang unjuk rasa sejak terjadinya kudeta militer pada 1 Februari 2021. Banyak aktivis demokrasi yang ditahan saat mereka melakukan aksi protes tersebut.
Bagi masyarakat Myanmar, Jumat, 16 April 2021 kemarin adalah tahun baru berdasarkan kalender tradisional negara itu dan hari terakhir dari total lima hari libur nasional tahun baru. Biasanya, masyarakat akan merayakannya dengan mengunjungi kuil-kuil Budha dan dilakukan acara saling menyiram air di jalan-jalan.
Aktivis – aktivis pro-demokrasi menyerukan agar festival terkait tahun baru tradisional Myanmar ini dibatalkan. Sebaliknya, masyarakat diminta untuk fokus pada sebuah kampanye memulihkan demokrasi setelah militer melakukan kudeta terhadap pemerintahan Myanmar yang terpilih, yakni Aung San Suu Kyi.
Pemimpin de Facto Myanmar yang juga peraih Nobel bidang perdamaian Suu Kyi sejak 1 Februari 2021 sampai sekarang masih di tahan. Dia ditahan bersama sekitar 3.141 orang yang terkait dengan kudeta militer Myanmar. Angka itu berdasarkan perhitungan LSM Assistance Association for Political Prisoners (AAPP).
“Para tahanan ini sebagian besar ditahan sebelum 1 Februari 2021, namun ada pula yang ditahan setelah kudeta militer,” kata Juru bicara Lembaga Pemasyarakatan Myanmar Kyaw Tun Oo
Ketika militer membebaskan ribuan tahanan, saat yang sama militer juga menahan 832 orang karena ada sangkut-pautnya dengan rangkaian unjuk rasa melawan kudeta militer Myanmar. Diantara 832 orang yang ditahan itu, sebanyak 200 orang adalah selebriti dan influencer, aktor dan penyanyi yang menyuarakan lawan kudeta militer Myanmar.
Sumber : Reuters