Ket Foto : Ilustrasi. |
Mediaapakabar.com - Harga minyak goreng di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada perdagangan hari ini. Harga minyak goreng curah, mengalami penurunan yang paling besar.
Berdasarkan pemantauan harga melalui PIHPS per hari ini minyak goreng curah dijual di kisaran Rp15.750 per liter dan jauh berbeda dengan harga sebelumnya dimana minyak goreng curah dijual di kisaran Rp19.500 per liternya.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, minyak goreng curah merupakan minyak goreng yang paling menyesuaikan dengan perubahan harga minyak sawit dunia. Padahal CPO masih diatas 5.500-an ringgit per ton.
Namun, anehnya minyak goreng curah anjlok pada hari ini. Meski demikian, harga minyak goreng curah ini masih beragam harganya dijual di pasar tradisional di kota medan. Yang paling mahal ada di kisaran 18 ribu per liter.
"Harga minyak goreng kemasan juga begitu. Bahkan, harganya lebih mahal dibandingkan dengan minyak goreng curah. Untuk minyak goreng kemasan dijual dalam rentang 17 hingga 18 ribu per liter atau turun sekitar 1.000 hingga 1.500 rupiah per liternya. Tentunya kabar penurunan minyak goreng ini menjadi kabar baik bagi konsumen," katanya di Medan, Senin (21/2/2022).
Gunawan mengungkapkan, setelah sekian lama masyarakat menanti kabar baik jika sebelumnya masyarakat itu berjuang dengan memburu minyak goreng di pasar modern. Bersyukur hari ini sudah mulai turun, meskipun masih di atas HET yang ditetapkan pemerintah. Kalau mengkaitkan penurunan minyak goreng hari ini karena temuan penimbunan minyak goreng di akhir pekan lalu.
"Ya bisa saja ini memang dampak dari temuan tersebut. Sehingga harga minyak goreng mengalami penurunan. Yang paling penting pemerintah atau Satgas pangan terus bekerja untuk menemukan kemungkinan praktek penimbunan serupa. Sudah semestinya tidak ada penimbunan ditengah kelangkaan minyak goreng ditambah dengan kesulitan ekonomi masyarakat belakangan ini," ungkapnya.
Dia menuturkan, masyarakat itu sempat tidak percaya sebelumnya dengan arahan pemerintah terkait dengan kebijakan HET yang ditetapkan.
Kebijakan yang berubah-ubah sebelumnya, serta dibarengi dengan niat untuk mensubsidi minyak goreng, seakan setengah hati karena realisasi di lapangan tidak seindah arahan Menteri Perdagangan. Tetapi mudah-mudahan tidak terjadi lagi kedepan.
"Saya menyarankan pada Satgas atau masyarakat pada umumnya agar harga minyak goreng yang turun ini masih membentuk titik keseimbangan baru. Jadi ada pedagang itu yang memiliki modal pembelian diatas harga saat ini. Jadi kalau ditemukan harga minyak goreng yang masih mahal jangan keburu dilaporkan, lantas kalau pedagang pengecer tersebut dibilang spekulan," tuturnya.
Pedagang pengecer tentunya bisa merugi dengan penurunan harga minyak goreng yang tiba-tiba ini. Jadi biarkan pedagang menemukan harga yang pas untuk meminimalisir kerugian. Kita lihat dalam sepekan kedepan. Semoga tercipta titik keseimbangan harga yang baru dan variasi harga di pasar tidak jauh berbeda.
"Pemerintah harus tetap berada di pasar. Lakukan pengawasan bisnis minyak goreng di hulu hingga distribusinya untuk memastikan bahwa tidak terjadi penimbunan barang. Kita berharap pemerintah bisa merealisasikan kebijakan satu harga sesuai dengan HET yang ditetapkan. Meskipun harga keekonomian migor saat ini tentunya lebih mahal dibandingkan sebelumnya saat CPO dibawah 5.000-an ringgit per ton," tambahnya. (IK)