Ket Foto : Ilustrasi. |
Mediaapakabar.com - Bank Indonesia sejauh ini dinilai masih akan bersikap dovish meskipun ada ancaman inflasi tinggi baik yang terjadi secara global maupun nasional. Sikap dovish BI sejauh ini memang belum memberikan tekanan pada kinerja pasar keuangan.
Khususnya bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Rupiah. Kinerja pasar keuangan masih bergerak stabil dengan kecenderungan menguat, meskipun tekanan hebat terjadi pada pasar keuangan regional asia.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, BI sampai saat ini diperkirakan masih akan mempertahankan besaran suku bunga acuannya, meskipun terjadi tren kenaikan pada suku bunga acuan di Negara lain.
Di pekan ini, BI akan memutuskan besaran suku bunga acuannya. Namun, ekspektasi bahwa BI akan tetap mempertahankannya di level 3.5 persen berpeluang besar akan terjadi.
"Jika ekspektasi tersebut benar-benar terjadi juga tidak akan berpengaruh banyak bagi pasar keuangan kita. Sebab, yang dilihat pasar keuangan selama sepekan ke depan adalah kinerja ekonomi China serta pandangan IMF terkait dengan perkembangan ekonomi dunia. China ekonominya diperkirakan akan tetap tumbuh. Sementara disisi lain IMF akan memberikan kabar buruk terkait dengan kemungkinan adanya ancaman krisis ekonomi global," katanya di Medan, Minggu (17/4/2022).
Gunawan menjelaskan, terkait perang dan kenaikan harga komoditas pangan global memang telah menyeret banyak Negara untuk masuk kedalam jurang krisis. Tanpa terkecuali Indonesia. Bahkan, dengan sejumlah agenda tersebut, dia menilai pasar keuangan di awal pekan mungkin masih mampu bergerak di teritori positif. Tetapi semuanya bisa saja berubah seandainya ada hal lain yang tak terduga terjadi selama sepekan.
"Pelaku pasar tidak akan begitu mengkhawatirkan kebijakan BI yang diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya. Tetapi sentimen eksternal yang berkembang sejauh ini menggiring kepada kemungkinan tekanan pada pasar keuangan kita," jelasnya. (IK)