Ket Foto: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, 20 Desember 2022. (Beritasatu) |
Mediaapakabar.com - Defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sudah turun signifikan dan mulai mendekati level sebelum pandemi. Sepanjang 2022, APBN mengalami defisit Rp 464,3 triliun atau hanya 2,38% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Sebagai perbandingan, pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19, defisit APBN sebesar Rp 348,7 triliun atau 2,20% dari PDB. Kemudian di 2020 atau tahun pertama pandemi Covid-19, defisit melonjak hingga Rp 947,7 triliun atau 6,14%, lalu di 2021 sebesar Rp 775,1 triliun atau 4,57%.
“Defisit tahun 2022 ditutup dengan Rp 464,3 triliun. Kalau dibandingkan APBN 2022 awal yaitu Rp 868 trilun, atau di Perpress 98/2022 di mana defisitnya dicantumkan Rp 840,2 triliun, angka Rp 464,3 triliun ini jauh lebih rendah hampir separuhnya,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, baru-baru ini.
Dibandingkan defisit APBN 2021 yang mencapai Rp 775,1 triliun, defisit APBN di 2022 juga mengalami penurunan yang tajam hingga sekitar 40%. Menurut Sri Mulyani, hal ini menunjukkan konsolidasi fiskal telah berjalan dengan baik.
“Awalnya APBN 2022 kita didesain dengan defisit 4,85%, revisi di Perpres 98/2022 di angka 4,5%, kemudian kita berakhir dengan defisit yang sangat jauh lebih kecil yaitu hanya 2,38%. Ini sudah di bawah 3% seperti yang selama ini kita sampaikan. Kalau kita lihat dibandingkan tahun lalu yang defisitnya 4,57%, ini adalah penurunan yang makin tajam,” ujarnya.
Sri Mulyani menambahkan, di dalam mengelola guncangan dan tantangan yang besar akibat pandemi Covid-19, APBN mampu merespon secara cepat i tahun 2020, dan kemudian APBN tetap mengawal pemulihan ekonomi dan masyarakat di 2021 dan 2022 dengan tanpa membahayakan APBN.
“APBN kita kembali secara cukup kuat dan kredibel untuk disehatkan kembali,” ujarnya.
Sementara itu di 2023, defisit APBN ditetapkan sebesar 2,84% dari PDB atau secara nominal sebesar Rp 598,2 triliun. (BC/MC)