Berkat Binaan Rutan Tanjung Gusta Medan, Napi Ini Akan Buktikan Bisa Bermanfaat Bagi Masyarakat

REDAKSI
Senin, 24 Juli 2023 - 18:32
kali dibaca
Ket Foto: Piter Hutasoit saat sedang berada di peternakan ayam petelur yang dibangun di lahan kosong di area Rutan Kelas I Medan.

Mediaapakabar.com
- Status sebagai mantan narapidana (napi) terkadang masih sering mendapat stigma negatif oleh sebagian masyarakat, saat seorang pelaku tindak pidana baru bebas menjalani masa hukuman dari penjara.

Menyadari hal itu, Piter Hutasoit (50) napi kasus pengrusakan yang saat ini tengah menjalani asimilasi, sudah berjanji dan membulatkan tekadnya jika bebas dari penjara, ia akan membuktikan dirinya bisa bermanfaat bagi masyarakat dan menepis stigma negatif, berkat pelatihan kemandirian yang didapatnya di Rutan Kelas I Medan/Rutan Tanjung Gusta.


Piter, adalah salah satu napi yang saat ini tengah menjalani pelatihan kemandirian peternakan ayam petelur di Rutan Kelas I Medan. Pelatihan tersebut, sebagai upaya untuk mewujudkan warga binaan yang memiliki kemandirian setelah menjalani masa hukuman.


Piter mengaku, sudah tobat dan berencana akan membuka usaha peternakan ayam petelur usai bebas dari Rutan Kelas I Medan, pada akhir Juli 2023 nanti.


"Rencana saya sudah bulat, mau buka usaha ternak ayam. Karena selama ini, kami sudah dibina bapak-bapak yang ada di rutan ini. Kami diajari cara memelihara ayam yang bagus, diajari merawat ayam agar tidak mudah terserang penyakit, sampai nantinya hingga menghasilkan telur. Semua sudah diajarkan," kata Piter kepada wartawan, Senin (24/7/2023).


Awalnya, ia tak menyangka, hidup di dalam penjara selamanya membuatnya terkurung. Namun, hal itu berubah setelah ia menyelesaikan setengah dari masa hukumannya dan memenuhi syarat untuk reintegrasi ke masyarakat dan dibantu melalui program pembinaan kemandirian.


"Dari situ terbuka pikiran saya. Jadi selama ini waktu yang kubuat di luar itu sangat sia-sia. Bapak-bapak yang di rutan ini saja, sudah ada pekerjaannya, tapi masih mau melatih kami-kami yang di dalam ini," ungkapnya.


Piter mengaku sudah mempunyai lahan milik keluarganya, yang akan siap digunakan untuk peternakan ayam  jika ia sudah bebas. Karenanya, ia berjanji siap berubah dan mewujudkan pengetahuan dan keterampilan yang ia peroleh selama di rutan.


"Rencananya akan saya buat di daerah Simpang Pemda, Tanjung Sari. Di situ kebetulan ada lahan orangtua sedikit. Itulah nanti mau saya pergunakan buat ini, karena selama ini kan sia-sia lahan itu," imbuhnya.


Piter yakin, bila kita giat, makin rajin tentu hasilnya juga memuaskan. Begitu pula saat merintis usaha ternak ayam, harus mampu mewujudkannya seperti yang dilakukannya di rutan.


"Kalau saya tak berubah, begini terus, keluarga kita pun bisa-bisa mendoakan kita cepat mati. Tapi dilihatnya sudah berubah nanti, waduh ada juga ternyata manfaatnya di dalam. Masyarakat pun senang. Karenanya, orang yang pernah masuk kemari (rutan) tak mau dia masuk kembali, pasti ada perubahan bagi orang yang mau berubah," ujarnya.


"Kalau saya terus terang aja, saya sangat bersyukur. Kenapa, masih mau bapak-bapak di rutan membina saya, itu sangat berharga. Orangtua saya belum tentu bisa seperti ini.Ini malah mereka yang mengajari, makanya pikiran saya jadi lebih terbuka. Kalaupun saya nanti datang lagi ke rutan, sudah datang sebagai pengusaha," sambungnya.


Piter menuturkan, selama menjalani masa hukuman, ia dulu lebih sering meminta dikirim uang oleh keluarganya. Tetapi, sekarang ia yang lebih sering mengirimkan uang kepada istri dan anaknya. 


"Karena saya kan diupah juga di sini. Upahnya itulah saya kumpul-kumpulkan, lalu saya kirim ke keluarga di rumah," imbuhnya.


Piter berharap, Rutan Kelas I Medan, lebih banyak lagi membuka pelatihan kemandirian bagi warga binaan. "Kalau bisa bukan hanya ini, dibuka jugalah yang lain. Karena kawan-kawan kita yang di dalam tentu beda-beda juga keinginan dan keterampilannya," ungkapnya.


Kepala Rutan (Karutan) Kelas I Medan, Nimrot Sihotang menyebutkan, sudah ada 12 bidang pelatihan kemandirian yang bisa dimanfaatkan oleh para warga binaan, diantaranya peternakan, bengkel, pangkas, konveksi, meubeler,  handycraft dan lainnya.


Modal yang digunakan untuk pelatihan tersebut berasal dari dana koperasi pegawai, kemudian dikelola bersama warga binaan. 


"Pegawai-pegawai kita nantinya meminjam ke koperasi kita, dan merekalah yang memodalinya, kemudian hasilnya dikembalikan lagi koperasi dan bagi hasil juga dengan warga binaan," pungkasnya. (MC/DAF)

Share:
Komentar

Berita Terkini