Ilustrasi. Renungan Kamis Putih 2024 mengajak umat untuk melihat lagi apakah kasih jadi dasar dalam bertindak. (iStockphoto/thanasus) |
Mediaapakabar.com- Kamis Putih menjadi momen Yesus menunjukkan teladan-Nya. Renungan Kamis Putih 2024 kali
ini mengajak umat untuk menilik, apa memang kasih jadi dasar tindakan dan keputusan dalam hidup.
Dari kacamata para murid, perjamuan kudus jadi momen berkumpul dan bersantap dengan Sang Guru. Namun dari
kacamata Yesus, perjamuan jadi yang terakhir bersama para murid. Yesus tahu ajal-Nya sudah tiba.
Namun begitu, ia tidak serta merta menjadikan perjamuan kudus sebagai 'farewell party'. Justru, momen terebut jadi
wahana belajar-mengajar. Yesus memberikan teladan yang dialami langsung oleh murid-murid-Nya.
Sebelum Hari Raya Paskah mulai, Yesus sudah tahu bahwa saatnya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.
Sebagaimana Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikian-lah sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat
terakhir.
Ketika mereka sedang makan bersama, Iblis membisikkan dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, rencana untuk
mengkhianati Yesus.
Yesus tahu, bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Maka bangun-lah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya.
Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah nasi dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Maka sampai-lah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, " Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?". Jawab
Yesus kepadanya, "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak mengerti sekarang, tetapi engkau akan memahaminya kelak."
Kata Petrus kepada-Nya, "Selama-lamanya Engkau tidak akan membasuh kakiku!". Jawab Yesus, "Jikalau Aku tidak
membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat bagian bersama Aku."
Kata Simon Petrus kepada-Nya, "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!". Kata Yesus kepadanya, "Barangsiapa sudah mandi, cukup-lah ia membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya.
Kamu pun sudah bersih, hanya tidak semua!". Yesus tahu siapa yang akan menyerahkan Dia, karena itu Ia berkata, "Tidak semua kamu bersih". Sesudah membasuh kaki mereka, Yesus mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya.
Lalu Ia berkata kepada mereka, "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
Nah, jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab Aku
telah memberikan suatu teladan kepadamu, supaya kamu juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat padamu". Demikian Injil Tuhan.
Setelah perayaan Minggu Palma, umat Nasrani mengenang perjamuan terakhir Yesus dan para murid dalam perayaan
Kamis Putih.
Perayaan ini terbilang istimewa. Dalam tradisi Katolik, dalam rangkaian misa terdapat prosesi pembasuhan kaki. Pastor
membasuh kaki 12 orang yang menyimbolkan jumlah murid Yesus.
Prosesi ini menggambarkan apa yang terjadi dalam perjamuan kudus. Jelang santap bersama, Yesus membasuh kaki para
murid lalu menyekanya dengan kain. Semua murid mendapat perlakuan sama tanpa kecuali.
Yesus tahu salah satu murid justru jadi salah satu 'aktor' di balik penderitaan dan kematian-Nya. Namun, apa Yesus
membedakan murid satu ini? ternyata tidak.
Apa yang dilakukan Yesus tentu membuat bertanya-tanya. Mengapa bisa Dia tetap mau membungkukkan badan dan menyentuh kaki orang yang bakal menghantarkan-Nya pada ajal?.
Di era sekarang, keinginan berbuat baik kerap dihantui pikiran buruk. Terlebih belakangan sempat ramai seorang yang
mencari donasi tapi justru tidak bertanggung jawab akan dana yang masuk. Publik pun punya krisis kepercayaan.
Padahal, perbuatan berdasarkan cinta kasih berkenan di hadapan Tuhan. Perlu ditilik lagi, apa perbuatan yang selama ini
dilakukan adalah berdasar cinta kasih atau ego pribadi?
Dalam bacaan Injil, Yesus memberikan contoh nyata perbuatan yang didasari cinta kasih. Jika bukan cinta kasih, rasanya
Yesus enggan mencuci kaki semua murid. Toh, ada murid yang nantinya berkhianat.
Jika bukan cinta kasih, maka bisa saja Yesus menyeleksi murid yang dianggap-Nya layak untuk dibasuh kakinya. Namun, Yesus 'menghancurkan' batasan-batasan itu. Cinta kasih-Nya tidak mengenal syarat dan Dia ingin umat melakukan hal serupa. (MC/RED)